Pengusaha Liem Sioe Liong atau dikenal dengan nama Sudono Salim yang wafat di Singapura, Minggu (10/6/2012 pukul 15.50) pernah tercatat menjadi orang terkaya ke-25 dari Asia Tenggara pada 2004 dengan nilai kekayaan sekira 655 miliar dolar Amerika Serikat (AS) versi Forbes.
Majalah Forbes yang berkantor pusat di nomor 90, 5th Avenue, New York, NY 10011, AS ini itu juga mencatat Om Liem, sapaan akrab Sudono Salim pada tahun 2006 Forbes mencatat harta kekayaan Om Liem mencapai US$ 800 juta pada tahun 2006, nomor 10 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Lahir di Fuqing, Fujian, Cina Selatan, 16 Juli 1916, Om Liem meninggalkan negaranya dan berlabuh di Medan, Sumatera Utara pada 1936. Ia bergabung dengan saudaranya, Liem Sioe Hie, dan saudara iparnya, Zheng Xusheng berbisnis kelapa sawit.
Beberapa sumber menyebut keduanya juga berbisnis obat dan alat kesehatan, serta persenjataan yang ikut mendukung perjuangan pasukan pergerakan Indonesia melawan Belanda di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, Oom Liem sempat membantah pernah berbisnis senjata.
Namun, Liem tidak pernah membantah hubungan bisnisnya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) lantaran Presiden RI periode 1966-1998, HM Soeharto (1921-2008), mengakui dekat dengannya sejak masih bertugas di Komando Daerah Militer (Kodam) Diponegoro, Jawa Tengah.
Soeharto dalam beberapa kesempatan pertemuan dengan kalangan pebisnis nasional mengakui bahwa Liem dikenalnya saat mendukung perjuangan Indonesia, antara lain memasok kebutuhan obat dan tata kelola beras untuk TNI dan masyarakat luas, utamanya di Jawa Tengah.
Buku "Kisah Sukses Liem Sioe Liong" garapan Eddy Soetriyono juga menorehkan hubungan Oom Liem dengan Soeharto sejak masa revolusi kemerdekaan RI.
Mereka tetap menjalin kontak, bahkan Soeharto dalam temu bisnis di Jimbaran, Bali, sekira setahun sebelum lengser selaku Presiden RI, banyak memperoleh gagasan dari Liem. Soeharto saat itu berkeinginan pengusaha nasional lebih banyak berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Hanya saja, setelah reformasi 1998 yang memicu berhentinya HM Soeharto dari jabatan Presiden RI, Oom Liem memilih bermukim di Singapura. Hal ini mungkin lantaran kediamannya di Jakarta dan Medan saat itu menjadi sasaran amukan massa yang menyebut diri pro-reformasi.
Saat krisis ekonomi melanda RI pada 1998, Oom Liem tercatat memiliki utang bisnis mencapai 4,8 miliar dolar AS. Nilai utang ini mengguncang kerajaan bisnis yang didirikannya, antara lain Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco. Sejumlah perusahaan tersebut kini banyak yang beralih pemilik saham dominannya.
“Anda harus dilahirkan di tempat dan waktu yang benar.” (Liem Sioe Liong)
“Jika anda ingin menangkap seekor ikan, pertama-tama anda harus membeli umpan.” (Anthony Salim)
Majalah Forbes yang berkantor pusat di nomor 90, 5th Avenue, New York, NY 10011, AS ini itu juga mencatat Om Liem, sapaan akrab Sudono Salim pada tahun 2006 Forbes mencatat harta kekayaan Om Liem mencapai US$ 800 juta pada tahun 2006, nomor 10 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Lahir di Fuqing, Fujian, Cina Selatan, 16 Juli 1916, Om Liem meninggalkan negaranya dan berlabuh di Medan, Sumatera Utara pada 1936. Ia bergabung dengan saudaranya, Liem Sioe Hie, dan saudara iparnya, Zheng Xusheng berbisnis kelapa sawit.
Beberapa sumber menyebut keduanya juga berbisnis obat dan alat kesehatan, serta persenjataan yang ikut mendukung perjuangan pasukan pergerakan Indonesia melawan Belanda di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, Oom Liem sempat membantah pernah berbisnis senjata.
Namun, Liem tidak pernah membantah hubungan bisnisnya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) lantaran Presiden RI periode 1966-1998, HM Soeharto (1921-2008), mengakui dekat dengannya sejak masih bertugas di Komando Daerah Militer (Kodam) Diponegoro, Jawa Tengah.
Soeharto dalam beberapa kesempatan pertemuan dengan kalangan pebisnis nasional mengakui bahwa Liem dikenalnya saat mendukung perjuangan Indonesia, antara lain memasok kebutuhan obat dan tata kelola beras untuk TNI dan masyarakat luas, utamanya di Jawa Tengah.
Buku "Kisah Sukses Liem Sioe Liong" garapan Eddy Soetriyono juga menorehkan hubungan Oom Liem dengan Soeharto sejak masa revolusi kemerdekaan RI.
Mereka tetap menjalin kontak, bahkan Soeharto dalam temu bisnis di Jimbaran, Bali, sekira setahun sebelum lengser selaku Presiden RI, banyak memperoleh gagasan dari Liem. Soeharto saat itu berkeinginan pengusaha nasional lebih banyak berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Hanya saja, setelah reformasi 1998 yang memicu berhentinya HM Soeharto dari jabatan Presiden RI, Oom Liem memilih bermukim di Singapura. Hal ini mungkin lantaran kediamannya di Jakarta dan Medan saat itu menjadi sasaran amukan massa yang menyebut diri pro-reformasi.
Saat krisis ekonomi melanda RI pada 1998, Oom Liem tercatat memiliki utang bisnis mencapai 4,8 miliar dolar AS. Nilai utang ini mengguncang kerajaan bisnis yang didirikannya, antara lain Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco. Sejumlah perusahaan tersebut kini banyak yang beralih pemilik saham dominannya.
“Anda harus dilahirkan di tempat dan waktu yang benar.” (Liem Sioe Liong)
“Jika anda ingin menangkap seekor ikan, pertama-tama anda harus membeli umpan.” (Anthony Salim)
0 komentar
Posting Komentar