Edison kecil harus menjalani rasa pahit karena ia putus sekolah. Penyebabnya guru di sekolahnya menilai Edison sebagai murid yang sering tertinggal pelajaran dan tidak berbakat. Bahkan, Edison harus menerima kenyataan kalau dirinya mempunyai masalah pendengaran.
"Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun," ungkap Edison.
Meski tak mengenyam pendidikan formal dan mengalami setengah tuli, bukan berarti Edison ingin hidupnya dinaungi oleh awan gelap. Pendidikan terus mengalir ke dalam diri Edison melalui ibunya yang kebetulan berporesi sebagai guru.
Di samping diajari oleh ibunya beserta buku bacaan ilmiah di rumah, Edison kecil harus mencari uang sendiri sebagai loper koran, buah-buahan, permen di kereta api yang menggerus rel rute Port Huron dan Detroit.
Ia juga tak ingin rasa ingin tahunya cuma terbenam di gudang di kepalanya. Edison tuangkan pemikirannya dengan membuka laboratorium kecil di salah satu gerbong, setelah mendapat izin dari perusahaan kereta api tersebut. Di laboratorium ini, Edison melakukan percobaan dan membaca berbagai literatur di waktu senggang saat tak bekerja.
Semakin beranjak dewasa, Edison menemukan bakat bahwa dirinya juga mahir sebagai pengusaha. Usaha Edison ini yang mengantarkan dirinya mendirikan 14 perusahaan, salah satunya General Electric yang nantinya jadi salah satu perusahaan terbesar dunia,
Hingga akhir hayatnya telah tercipta dan terdaftar 1.093 paten dari penemuan atas namanya (maupun bersama dengan orang lain)yang terdiri dari 389 paten untuk penemuan di bidang cahaya dan tenaga elektrik, 195 paten untuk bidang phonograph, 150 paten untuk bidang telegraph, 141 paten untuk bidang baterai penyimpanan dan 34 paten untuk bidang telepon. Thomas Alva Edison meninggal tanggal 18 Oktober 1931 di Llewellyn Park, New Jersey, Amerika Serikat.