Pesawat terbang adalah merupakan salah satu alat transportasi yang paling diminati sebagian masyarakat di dunia. Hal ini karena alat transportasi yang paling cepat untuk mencapai suatu tempat tujuan. Sebenarnya alat transportasi yang satu ini relatif aman jika dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Karena sistem keamanan dan prosedur pengoperasiannya yang sangat ketat sehingga membuat alat transportasi ini lebih aman. Namun apabila terjadi kecelakaan, maka dampak dari kecelakaan dan korban jiwa yang ada juga sangat besar dan berbahaya.
Salah satu alat keselamatan di pesawat terbang yang sangat penting adalah Black Box atau kotak hitam.
Inilah yang kemudian mendorong umat manusia untuk membuat suatu alat yang mampu merekam keadaan pesawat dan pembicaraan yang terjadi di kokpit. Alat itulah yang sekarang ini dikenal sebagai black box atau kotak hitam.
Istilah black box memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Karena memang, setiap kali terjadi kecelakaan penerbangan, black box merupakan salah satu benda yang paling sering disebut.
Blackbox merupakan perangkat yang dipasang pada pesawat terbang, terdiri dari perekam data penerbangan (flight data recorder-FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder-CVR). FDR merupakan alat yang berfungsi untuk merekam data penerbangan pesawat seperti kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, arah pesawat, dan data penerbangan lain. Sedangkan CVR berfungsi untuk merekam pembicaraan di kokpit pesawat termasuk komunikasi pilot dengan ATC (Air Traffic Control) atau Pengendali Lalu Lintas Udara.
Dalam kecelakaan penerbangan, apabila lokasi pesawat belum diketahui secara pasti, pihak berwenang (Tim SAR dan pihak-pihak terkait) akan melakukan pencarian dan penyisiran ke tempat atau area yang ditengarai merupakan lokasi jatuhnya pesawat. Penyisiran dilakukan melalui jalur darat, laut dan udara tergantung dari kondisi geografis wilayah tersebut. Disamping
itu juga mulai mencari dan mengumpulkan informasi dari warga masyarakat yang mungkin melihat pesawat saat jatuh atau terbang rendah.
Tak lupa pihak penyelidik (Komite Nasional KeselamatanTransportasi-KNKT) mengumpulkan informasi dari pihak-pihak yang terlibat langsung dengan penerbangan pesawat. Hal ini dilakukan penyelidik untuk mempermudah dalam melakukan investigasi kecelakaan penerbangan.
Setelah pesawat terbang dan black box-nya ditemukan, isi black box diambil untuk kemudian dibawa ke laboratorium pembaca black box. Disini black box dibaca dan dianalisis untuk kepentingan rekonstruksi atau reka ulang kecelakaan yang terjadi. Informasi yang didapat nantinya bisa membantu penyelidik mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan, bahkan bisa mengungkap rincian dari peristiwa sesaat sebelum kecelakaan terjadi.
Namun hasil pembacaan black box tidak bisa disampaikan ke masyarakat secara bulat-bulat. Sesuai ketentuan ICAO (Organisai Penerbangan Sipil Internasional), hasilnya hanya untuk kepentingan investigasi. Hasil pembacaan yang disampaikan ke masyarakat hanya analisa secara umum dan rekomendasi atau usulan-usulan perbaikan agar kecelakaan serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.
Black Box Tidak Berwarna Hitam
Terkadang masyarakat salah menafsirkan dengan menganggap black box itu berwarna hitam seperti namanya. Padahal black box tidak berwarna hitam. Benda ini justru berwarna jingga cerah atau oranye yang selain membuatnya terlihat lebih menarik dan mencolok mata (tidak tersamarkan dengan warna lainnya), juga membuat black box lebih mudah ditemukan apabila terjadi kecelakaan penerbangan. Warna oranye ini merupakan standar yang telah ditetapkan International Civil Association Organization (ICAO).
Black box dalam setiap pesawat terdiri dari 2 macam, yaitu Cockpit Voice Recorder dan Flight Data Recorder. Cockpit Voice Recorder (CVR) berukuran 30 x 12,5 cm. Alat ini untuk merekam percakapan pilot, kopilot, pilot dengan ATC, serta para awak pesawat. Sedangkan yang satunya bernama Flight Data Recorder (FDR) berukuran 49 x 12,5 cm. Alat ini merekam data-data teknis pesawat seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, auto pilot dan lain-lain. Ada 5 sampai 300 parameter data penerbangan yang direkam dalam black box ini.
Durasi perekaman untuk CVR adalah 30 menit. Maksudnya setiap 30 menit data percakapan akan terhapus dan diganti dengan yang baru secara otomatis. Sedangkan FDR mempunyai durasi rekaman hingga 25-30 jam. Artinya setelah 25-30 jam, data akan terhapus dengan sendirinya. CVR dan FDR ini akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan.
Data yang diperoleh lantas ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila data tersebut berupa percakapan. Kemudian data bisa divisualkan dengan animasi melalui software, yang salah satunya bernama Insight View. Dengan demikian bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan.
CVR memiliki 4 channel. Chanel 1 terhubung dengan pengeras suara yang biasa digunakan pramugari kepada penumpang. Chanel 2 dari kokpit, chanel 3 dari pilot yang terhubung dengan air traffic controller (ATC), dan chanel 4 merekam seputar kokpit (misalnya mesin yang berisik atau hujan). Singkatnya CVR adalah perekam yang dihubungkan dengan sistem audio.
CVR dan FDR diletakkan di bagian pesawat yang paling aman yaitu di ekor pesawat. Di ekor karena kalau ada apa2 dia tidak frontal. Sudah ada studi bahwa area yang paling aman adalah bagian ekor pesawat.
Black box memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, kira-kira seukuran tas punggung. Meski ukurannya kecil benda satu ini memiliki ketahananan yang luar biasa. Bahan pembungkusnya (casing) terbuat dari titanium atau baja sehingga membuatnya tahan terhadap benturan keras dan temperatur tinggi sampai suhu 1.100 derajat Celsius. Kedua jenis black box (CVR dan FDR) terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah kotak yang menghubungkan black box dengan instrumen yang akan direkam. Kedua adalah kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.
Black box juga mampu bertahan meski tenggelam beribu-ribu meter di dalam laut dalam waktu hingga 2 bulan. Sebagai contoh, black box pesawat Boeing 737-400 milik Adam Air yang hilang di perairan Majene ditemukan di kedalaman 2.000 meter. Selain itu, Black box juga dilengkapi dengan Underwater Locator Beacon (ULB) yang mampu memancarkan sinyal ultrasonik dari kedalaman 4.000 meter. Sehingga apabila tenggelam di dasar laut mampu diketahui lokasinya. Black box umumnya dipasang dibagian ekor pesawat terbang. Karena saat pesawat jatuh menukik, biasanya ekor menjadi bagian terakhir dari pesawat yang berbenturan dengan tanah. Bagian ekor umumnya tidak mengalami kerusakan parah dibandingkan dengan bagian-bagian pesawat terbang yang lain. Dengan begitu bisa mengurangi kemungkinan rusaknya black box.
Durasi perekaman untuk CVR adalah 30 menit. Maksudnya setiap 30 menit data percakapan akan terhapus dan diganti dengan yang baru secara otomatis. Sedangkan FDR mempunyai durasi rekaman hingga 25-30 jam. Artinya setelah 25-30 jam, data akan terhapus dengan sendirinya. CVR dan FDR ini akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan.
Data yang diperoleh lantas ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila data tersebut berupa percakapan. Kemudian data bisa divisualkan dengan animasi melalui software, yang salah satunya bernama Insight View. Dengan demikian bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan.
CVR memiliki 4 channel. Chanel 1 terhubung dengan pengeras suara yang biasa digunakan pramugari kepada penumpang. Chanel 2 dari kokpit, chanel 3 dari pilot yang terhubung dengan air traffic controller (ATC), dan chanel 4 merekam seputar kokpit (misalnya mesin yang berisik atau hujan). Singkatnya CVR adalah perekam yang dihubungkan dengan sistem audio.
CVR dan FDR diletakkan di bagian pesawat yang paling aman yaitu di ekor pesawat. Di ekor karena kalau ada apa2 dia tidak frontal. Sudah ada studi bahwa area yang paling aman adalah bagian ekor pesawat.
Black box memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, kira-kira seukuran tas punggung. Meski ukurannya kecil benda satu ini memiliki ketahananan yang luar biasa. Bahan pembungkusnya (casing) terbuat dari titanium atau baja sehingga membuatnya tahan terhadap benturan keras dan temperatur tinggi sampai suhu 1.100 derajat Celsius. Kedua jenis black box (CVR dan FDR) terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah kotak yang menghubungkan black box dengan instrumen yang akan direkam. Kedua adalah kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.
Black box juga mampu bertahan meski tenggelam beribu-ribu meter di dalam laut dalam waktu hingga 2 bulan. Sebagai contoh, black box pesawat Boeing 737-400 milik Adam Air yang hilang di perairan Majene ditemukan di kedalaman 2.000 meter. Selain itu, Black box juga dilengkapi dengan Underwater Locator Beacon (ULB) yang mampu memancarkan sinyal ultrasonik dari kedalaman 4.000 meter. Sehingga apabila tenggelam di dasar laut mampu diketahui lokasinya.
Untuk membaca rekaman penerbangan yang terdapat pada black box, terlebih dahulu black box dikirim ke laboratorium black box. Laboratorium black box merupakan laboratorium khusus yang mampu membaca black box dari berbagai macam pesawat terbang. Di dalam laboratorium ini terdapat peralatan (software dan hardware) yang mampu membaca FDR dan CVR yang kondisinya sudah rusak seperti terendam air atau terbakar.
Awal Penemuan
Sebagaimana ditulis www.dsto.defence.gov.au, black box pertama kali ditemukan oleh David Warren. Ia lahir di Groote Eylandt, kawasan terpencil di timur laut Australia, pada tahun 1925. Saat berusia 28 tahun, David terlibat dalam penyelidikan kecelakaan pesawat misterius. Disini David bertugas memecahkan misteri kecelakaan pesawat DH106 Comet buatan De Havilland yang jatuh di India. Menurutnya, penyelidik kecelakaan akan lebih mudah memecahkan misteri kecelakaan pesawat jika saja ada perekam suara di kokpit.
Dari sinilah kemudian muncul ide untuk merancang dan membuat alat yang kemudian dikenal sebagai perekam suara kokpit (CVR). Tak berselang lama, Ia melengkapi temuannya dengan perekam data penerbangan (FDR). Kedua perangkat inilah yang kemudian dikenal sebagai black
box.
Berkat jasanya yang besar dalam dunia penerbangan ia mendapat berbagai macam penghargaan, diantaranya Medali Hartnett dari Royal Society of the Arts (2000) dan Order of Australia dari Pemerintah Australia (2002). Selain itu, sepanjang karirnya ia pernah menjadi guru matematika dan kimia di Victoria, dosen kimia di Sidney, ilmuwan di Akademi Roket Woomera, peneliti di Laboratorium Riset Aeronotik, Penasehat Ilmiah bidang Energi di Parlemen Negara Bagian Victoria.
Saat ini, black box hasil temuan David Warren telah terpasang pada pesawat terbang milik maskapai penerbangan komersial diseluruh dunia. Manfaatnya yang besar dalam mengungkap sumber penyebab kecelakaan dalam penerbangan.
Sumber: detikcom, www.aviasista.com dan Harian Suara Merdeka
0 komentar
Posting Komentar